Oleh : Ahmad Novriwan (Ketua JMSI Lampung)
MENDENGAR tiba-tiba para pengusaha tapioka/singkong di Lampung menjadi perhatian saya setelah beberapa bulan ini polemik soal harga singkong tak kunjung usai.
Salut buat Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal. Membantu petani hingga-bertemu Menteri Pertanian. Yang kemudian muncul kesepakatan harga Rp 1.350/kg. Saya g, kesepakatan tersebut hanya isapan jempol. Hingga Gubernur Lampung sempat ‘marah’.
Desakan petani soal harga singkong kembali menekan Pemprov Lampung. Untuk membela hak atas keringat yang dikeluarkan dalam bercocok tanam ubi. Kembali pertemuan dilakukan atas kebijakan Gubernur.
Muncul kesepakatan harga yang nyaris sama saat bertemu dengan menteri pertanian. Lagi-lagi petani ubi kayu harus menelan pil pahit. Keputusan yang nyaris sama diambil saat itu. Harga singkong di Lampung Rp 1.350/kg.
Saya gak habis fikir, kok kebijakan rapat pertama kemudian rapat di Pemprov Lampung kembali diambil sebagai sebuah keputusan. Entah siapa pembisik gubernur hingga Iyay Mirza harus masuk lubang dua kali. Kasihan.
Antara keinginan Gubernur membela nasib petani dengan realitas yang terjadi berbanding terbalik.
Pak Gubernur, petani Lampung dan masyarakat luas lainnya menunggu ada apa sebenarnya yang terjadi pada bisnis ubi kayu selama ini?. Siapa pemegang hak impor yang bermain?. Seharusnya pemerintah pusat dan daerah membuka tabir persoalan ini?. Agar semuanya terang benderang.
Apakah impor ubi kayu sudah mulai berkurang? Dikurangi atau? Hingga nya Bos Bumi Waras, Widarto cs ‘menggeruduk’ Gubernur untuk menghidupkan kembali bisnis singkong di Lampung?.
Saya tak pesimis atas pertemuan tersebut. Mudah-mudahan muncul dari kesadaran Widarto cs. sekelas Menteri Pertanian Amran sajalah gak mampu menyelesaikan polemik harga singkong di Lampung. Saya gak percaya galaknya menteri pertanian ‘lesu darah’ menghadapi ‘mafia’ singkong yang ada selama ini.
Sekedar mengingatkan, pertemuan Gubernur dan Pengusaha Tapioka Lampung jangan buru-buru dikatakan ‘angin segar’ bagi petani ubi kayu di Lampung.
Pemprov Lampung harus benar-benar mengkaji persoalan ini. Agar semuanya menjadi kebaikan yang berlanjut bagi petani singkong. Apakah ‘niat’ pengusaha singkong ini benar dan tulus? Atau ada penyebab lain? Ada sedikit kekhawatiran saya kalau pada akhirnya pengusaha tapioka yang untung. Sementara petani tetap buntung alias merugi. Tabik…..
















