PESAWARAN – Bupati Pesawaran mengikuti Festival Budaya Bulimau atau biasa disebut Belangikhan yang digelar Majelis Punyimbang Adat Lampung (MPAL) Pesawaran untuk menyucikan diri saat memasuki bulan suci Ramadhan, kegiatan Belangikhan bertempat di Wisata Sungai Bronjong, Desa Cipadang, Kecamatan Gedong Tataan, Minggu (19/03/2023).
Dengan digelarnya Festival tersebut, Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona sangat menyambut baik, dan menurut Bupati, selain melestarikan adat dan budaya Lampung, Festival ini juga dapat menjadi bagian promosi wisata bagi masyarakat luas.
Dikatakan Bupati, bahwa masyarakat Pesawaran memiliki ragam budaya yang khas dan unik, mulai dari adat istiadat, bahasa, dan sastra, tradisi, kesenian, arsitektur tradisional, hingga makanan tradisional.
“Budaya Lampung juga memiliki basis budaya yang kuat, merupakan sumber ekonomi wisata yang dapat dikembangkan, termasuk wisata sejarah, serta memiliki potensi ekonomi kreatif dengan memadukan antara kreativitas seni dengan teknologi,” kata Bupati.
“Oleh karena itu, acara ini sangat strategis sebagai wahana untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan budaya Lampung masa kini dan masa depan,” tambahnya.
Menurut Bupati, Bulimau atau Belangikhan merupakan budaya turun temurun untuk menyucikan hati, pikiran dan diri dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan dengan cara membasuh diri di sungai dengan minyak wangi, kembang warna warni, dan juga jeruk nipis.
Tak bosan, Bupati Dendi mengajak kepada para Tokoh Adat, Tokoh Agama dan segenap masyarakat Lampung untuk menjadikan acara ini sebagai sarana untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan Lampung.
“Kita tidak boleh membiarkan budaya Lampung yang kita banggakan ini tergerus oleh budaya global. Dan mari kita tetap menjaga dan memegang teguh tradisi budaya yang menjadi ujung tombak dalam pelestarian kebudayaan Lampung,” ungkap Bupati menandaskan.
Sementara itu, Ketua Umum MPAL Kabupaten Pesawaran Farifki Zulkarnayen yang bergelar Suntan Junjungan Makhga mengatakan, bahwa bulimau ini adalah mengandung filosofi sakral yang artinya membersihkan diri, hati dan pikiran menjelang Bulan Suci Ramadhan.
“Memang bulimau ini merupakan tradisi adat Lampung sejak jaman dahulu, dan Alhamdulillah saat ini kita bisa membangkitkan lagi untuk melestarikan tradisi Bulimau ini, sehingga anak cucu kita bisa mengetahuinya,” ujar Farifki, saat melaksanakan acara Festival Bulimau atau Belangikhan.
Tak lupa, dia mengucapkan terimakasih kepada Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona dan Kepala Desa Cipadang Sugianto yang telah mendukung serta memfasilitasi sehingga terselenggaranya acara ini.
“Terimakasih juga kepada bapak Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona yang telah menjunjung tinggi adat dan budaya yang ada di kabupaten Bumi Andan Jejama. Dan juga terima kasih kepada Kepala Desa Cipadang bapak Sugianto yang telah memberikan fasilitas di sungai Wisata Bronjong ini,” katanya.
“Karena ini juga merupakan bentuk kearifan lokal yang perlu kita tonjolkan, dan Bulimau sangat erat kaitannya dengan agama kita Islam,” tutupnya.
Diketahui, dalam pelaksanaan Festival Bulimau atau Belangikhan tersebut juga dihadiri Kapolres Pesawaran, Kejari Pesawaran, Anggota DPRD Pesawaran, Kepala Prodi Bidang Bahasa Lampung Unila, Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, Para Kepala OPD di lingkup Pemkab Pesawaran, Kepala Kantor PTPN VII Way Lima Dan Way Berulu, kelompok Masyarakat Adat, Muli Mekhanai (bujang gadis) Lampung Saibatin dan Lampung Pepadun. (*)