BATAM – Ketua Komisi I DPRD Kota Batam, Lik Khai meminta permasalahan air di Kota Batam yang menyulitkan warga agar segera dituntaskan.
Gangguan suplai air bukan karena faktor alam, melainkan faktor kelalaian dalam mengerjakan proyek pelebaran infrastruktur. Ia mempertanyakan sampai kapan warga harus menanggung kerugian akibat kebocoran pipa yang disebakan oleh alat berat.
“Sudah sering begini. Setiap ada pengerjaan pasti ada kebocoran, sehingga warga yang menanggung akibatnya. Pengeluaran bertambah karena harus beli air bersih,” kata dia, Selasa (5/12).
Lik Khai menyayangkan pengerjaan infrastruktur selalu menyebabkan kerusakan infrastruktur air bersih. Sebelum memulai pengerjaan, seharusnya pekerja diberikan informasi terkait keberadaan jalur pipa air, sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.
“Saya rasa blue print dari jalur pipa ini harus diketahui, jangan begini terus. Perbaiki jalan, tapi yang kena malah pipa. Dampak ekonomisnya bagi warga juga harus dipikirkan,” ujarnya.
Persoalan aliran air bersih masih mengalami kendala seperti kerusakan atau kebocoran pipa, karena pengerukan tanah dengan alat berat dari proyek pelebaran jalan. Bantuan air yang diberikan juga bukan solusi. Masyarakat hanya ingin suplai air lancar.
Lik Khai menilai pemerintah pusat perlu turun tangan untuk menyelesaikan persoalan air bersih di Batam. Pihaknya berharap Kementerian terkait dan DPR RI Komisi VI segera memanggil pengelola air bersih di Batam.
“Masalahnya ini saja terus- menerus. Masalah berkepanjangan. Sudah seharusnya ini ditangani dengan serius,” kata dia.
Lik Khai mengatakan bahwa dalam sebulan masyarakat selalu disibukkan untuk mencari air bersih. Namun, kepastian kapan persoalan itu akan berakhir pihak BU SPAM belum dapat menjawab.
“Perlu langkah serius lah, agar masalah ini tidak terjadi lagi. Setiap pelebaran jalan, warga was-was apakah akan mengenai pipa air lagi,” ujarnya.
Mengenai kinerja PT Moya, atau SPAM BP Batam menurutnya, sangat mengecewakan. Tidak hanya soal pipa bocor, namun beberapa wilayah di Batam ini masih tidak dapat akses air bersih 24 jam.
Selama beberapa tahun ini, tidak ada perubahan pelayanan suplai air bersih. Ia berharap persoalan air ini juga bisa menjadi perhatian pusat.
“Harus ada langkah serius untuk menyelesaikan persoalan ini,” imbuhnya.
Lik Khai mengungkapkan banyak dampak yang ditimbulkan, mulai dari kerugian yang harus ditanggung pelaku bisnis.
Banyak hotel yang terdampak akibat gangguan suplai air bersih. Keluhan juga hadir dari pelaku usaha. Akibat gangguan ini muncul efek domino yang merugikan.
Pelaku usaha di Bengkong mengaku terpaksa mengurangi produksi olahan makanan yang menjadi dagangannya. Hal ini terpaksa dilakukan, karena gangguan suplai air yang merupakan bahan penting dalam mengolah makanan.
“Hari ini tak jual tempe. Hanya ada tahu. Karena air tak ada, jadi tak buat,” kata pedagang tempe yang akrab disapa Pak De oleh pembeli di Pasar Sukaramai.
Menurutnya, produksi tempe dan tahu akan kembali normal, apabila suplai air bersih sudah kembali normal.
“Buat tahu juga tak banyak, karena harus beli air untuk proses pembuatan. Nanti kalau sudah hidup air buat banyak lagi,” tutupnya.(mb)