EkbisHeadlineLampung Raya

Semarak Imlek, Kue Tutun Ludes 1.000 per Hari

BANDAR LAMPUNG  – Kue Tutun atau biasa disebut Kue Keranjang merupakan camilan manis berbentuk bulat tebal khas Imlek. Kue ini biasa disajikan selama perayaan Imlek oleh masyarakat Tionghoa.

Salah satu pengusaha kue tutun di Bandar Lampung yakni Hasan Kurniawan. Ia adalah pemilik Perusahaan Kue Keranjang Subur Jaya di Jalan Arjuna Nomor 14, Sawah Brebes, Kecamatan Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung.

Hasan mengatakan, jumlah permintaan untuk kue tutun 2023 meningkat dari tahun lalu. Ia menduga dampak penurunan kasus COVID-19 dan pencabutan PPKM berpengaruh pada pembelian kue tutunnya.

“Kalau produksi tahun ini bisa sampai 1.000 (buah) per hari. Sedangkan tahun lalu sekitar 800-1000 buah juga per hari cuma apa ya, penjualannya bisa lebih lama,” kata Hasan, Selasa (17/1/2023).

Meski permintaan banyak, Hasan mengatakan, tidak menerima pemesanan jumlah besar. Itu karena, produksi per harinya terbatas hingga 1000 buah saja. Selain pabriknya baru memiliki dua tungku, keterbatasan produksi juga berpengaruh dari jumlah pekerja.

“Nah kalau untuk harganya itu 26.000 per kilo. Karena kita biasa jualnya itu per kilo. Per kilo isinya ada dua bulat. Jadi satu bijinya itu 13.000,” ujarnya.

Sedangkan untuk konsumen, ia mengatakan pembeli hampir semuanya berasal dari Provinsi Lampung. Sedangkan paling banyak dari Kota Bandar Lampung.

Usaha kue tutun milik Hasan ini telah berdiri sejak 60 tahun lalu. Diwariskan secara turun temurun oleh keluarganya dan kini dikelola oleh Hasan. Untuk omzet per hari tak menentu, namun jika mendekati Imlek ini produksi satu hari bisa langsung habis.

“Jadi sehari itu ya kira-kira abis 1.000 buah itu. Jadi sekitar 13 juta. Itu omzet ya jadi pendapatan kotor,” timpalnya.

Meski kue tutun merupakan makanan khas Imlek, Hasan mengatakan kue tutunnya dapat dikonsumsi juga oleh masyarakat muslim. Pasalnya ia menggunakan bahan-bahan halal dalam pembuatannya.

“Bahan utamanya cuma dua. Gula putih dan tepung ketan. Bahan tambahan cuma garam dikit sama vanili. Jadi ini halal, bisa banget muslim makan kue tutun. Apalagi proses buatnya juga gak pakai minyak dan sebagainya,” katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya kue ini sudah lama ada dan beberapa suku bangsa lain seperti suku Jawa juga punya makanan serupa berbahan dasar tepung ketan dan gula.

“Jadi cuma namanya saja yang beda. Kalau orang Tionghoa bilang ini kue keranjang karena dulu dibuat dari anyaman bambu yang terbuat dari bambu atau rotan. Makanya kami menamakannya kue keranjang,” imbuhnya.

Pembuatan kue tutun pun sebenarnya relatif mudah. Dengan perbandingan tepung ketan dan gula 1:1 dan sejumput garam agar menyeimbangkan rasa dan vanili agar kue tutun lebih wangi.

Setelah tercampur rata, nantinya adonan diletakam ke dalam cetakan sebelumnya telah dilapisi oleh plastik. Hal itu dilakukan agar kue tutun tidak lengket ketika matang dan bisa langsung dikemas dengan plastik.

Setelah itu kue tutun dapat dikukus selama 8-10 jam. Di pabrik kue tutun milik Hasan, satu tungku bisa mengukus lebih dari 140 loyang dalam sekali kukus. Barulah setelah matang kue bisa didinginkan dan didistribusikan.

“Kalau expirednya lumayan lama. Kalau yang masih lembek gini dimasukin ke kulkas bisa sampai satu tahun. Tapi kalau tidak dikulkas mungkin 2 minggu,” imbuhnya. (it)

Related Posts

Load More Posts Loading...No More Posts.