HeadlineLampung Raya

Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Seangkonan Muwakhi Adat dengan Pubian Telu Suku di Lamteng

LAMPUNG TENGAH – SPDB Pangeran Edward Syah Pernong Sultan Sekala Brak Yang di Pertuan ke – 23 Anjau Silau di tengah keluarga besar kerabatnya di Pubian Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng).

Kehadiran Saibatin Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong ditengah masyarakat Adat Pubian Telu Suku yang ada di Lamteng selain memperkuat ukhuwah Islamiah, memupuk semangat ke Indonesiaan, dan merekatkan spirit Kelampungan sebagai sebuah hubungan kekerabatan yang sejak zaman lampau telah terjalin.

Hal ini tentu bukan tanpa alasan, mengingat asal usul Ulun Lampung berasal dari tempat yang sama yaitu Sekala Brak/Sekalo Brak-Gunung Pesagi, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) saat ini.

Sejarah itu bergerak melingkar, Teori Siklus menyebutkan I’histoire se repete bahwa sejarah itu berulang dengan pola yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda.

Jika merujuk teori tersebut, artinya bahwa tidak menutup kemungkinan suatu peristiwa bersejarah, dan interaksi antar sebuah individu maupun komunal adat tersebut juga telah terjadi di zaman lampau.

Pangeran Edward Syah Pernong didampingi para puwakhi angkat/angkonannya yaitu, Ketua Perwatin Lampung Pepadun Kutobumei Tigo Gandung, Datuk A. Akuan Abung gelar Nadikiyang Pun Minak Yang Abung, Punyimbang Adat Buay Nunyai Aneg Kotabumi Ilir.

Kanjeng Iwan Setiawan gelar Suttan Rajo Putcak Mergo, Punyimbang Adat Buay Nunyai Aneg Kotabumi Udik. Ayah Ali Hamidi gelar Minak Alamsyah, Punyimbang Adat Buay Subing Terbanggi Ilir.

Rahmat Santori gelar Suttan Rajo Mudo, Punyimbang Buay Selagai Aneg Pekurun dan Heru Kurniawan gelar Suttan Rajo Pengiran, Punyimbang Adat Buay Nunyai aneg Buminabung.

Setiba di kebumian adat Buay Pemuka Pati Tiyuh Negeri Ratu Pubian Telu Suku Lamteng, Saibatin Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong ini bersama rombongan disambut dengan prosesi adat Lampung Saibatin yaitu, Tangguh Saibatin yang dilakukan oleh Panglima Alip Jaya didampingi para Wakil Panglima Penggitokh Alam.

Setelah itu, rombongan dikawal pasukan berjalan menuju kendaraan adat yang disebut Rato, Kendaraan adat yang biasa dipakai membawa Para Punyimbang Adat berjalan menuju Balai Kecana Adat Sessat Agung dalam sebuah perhelatan Begawi adat Lampung.

Setiba di depan pintu masuk Balai Kencana Adat Sessat Agung Buay Pemuka Pati Tiyuh Negeri Ratu, Pangeran Edward Syah Pernong, dan rombongan disambut dengan prosesi adat Tettek Appeng. Sebuah ritual adat, yang biasa dipakai oleh masyarakat adat Lampung Pepadun untuk menyambut para tamu agung.

Dalam prosesi itu, Penglaku Adat antara kedua belah pihak saling berdialog bersahutan menggunakan pepatcur dengan maksud menanyakan dan menjelaskan, niat nawaitu kedatangan tamu agung.

Selanjutnya, setelah selesai prosesi Tettek Appeng ini, SPDB Pangeran Edward Syah Pernong bersama rombongan di persilahkan memasuki Balai Kencana Adat Sessat Agung.
Saat memasuki Sessat Agung, telah tampak para Punyimbang Adat Pubian Telu Suku berdiri berbaris mengenakan Kawai Balak menyambut kedatangan Saibatin Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong itu.

Kawai Balak, merupakan Pakaian kebesaran Punyimbang Adat Lampung Pepadun. Turut hadir juga sebagai tamu kehormatan, Kanjeng Andi Achmad Sampurna Jaya gelar Suttan Sepahit Lidah Punyimbang Adat Buay Subing Aneg Terbanggi Besar.

Pangeran Edward Syah Pernong hadir selain Anjau Silau, juga dalam rangka melaksanakan ritual adat Angkon Muwakhi.

Angkon muwakhi kali ini, merupakan Angkon Muwakhi Adat antara Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong dengan Pubian Telu Suku 9 Kebuayan.

Setelah dilakukan prosesi angkon muwakhi oleh Punyimbang setempat, dan ditandatanganinya notulen muwakhi adat, maka secara adat Lampung Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong dengan Pubian Telu Suku 9 Kebuayan telah resmi bersaudara kandung.

Muwakhi Adat ini, disaksikan para Punyimbang Adat Pubian Telu Suku 9 kebuayan, Kanjeng Andi Achmad Sampurna Jaya gelar Suttan Sepahit Lidah, Datuk A. Akuan Abung gelar Nadikiyang Gelar Minak Pun Yang Abung, Kanjeng Iwan Setiawan gelar Suttan Rajo Putcak Mergo, Ayah Ali Hamidi gelar Minak Alamsyah, Rahmat Santori gelar Suttan Rajo Mudo, Heru Kurniawan gelar Suttan Rajo Pengiran Punyimbang.

Mewakili segenap Punyimbang Adat 3 Suku yang ada di Marga Pubian Lamteng, Ir. Raden Muhammad Yusuf, Ngadiko Suttan Pusat Marga dan Ir. Raden Ismail, Suttan Pengiran Surinting Sakti merasa haru, dan bangga atas kehadiran Pangeran Edward Syah Pernong ditengah para Punyimbang Adat Pubian Telu Suku Lamteng.

Muwakhi Adat, diantara kedua akan jadi catatan sejarah masyarakat adat baik Saibatin Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, maupun masyarakat adat Pepadun Pubian Telu Suku.

Saibatin Puniakan Dalom Pangeran Edward Syah Pernong menyampaikan, ucapan terimakasih atas kehangguman para Punyimbang Adat yang hadir dalam acara Muwakhi Adat yang berlangsung dengan sakral.

Ia turut mengapresiasi, dan terkesima dengan prosesi adat baik pada saat penyambutan dirinya beserta rombongan, maupun saat acara di sessat agung berlangsung.

Karena, selain para Punyimbang Adat berkumpul mengenakan pakaian kebesarannya, juga disaksikan masyarakat adat.

Hal ini, menunjukan antusiasme yang tinggi terhadap perhelatan adat, dan masih dijunjung ditengah masyarakat yang hidup, dan tumbuh dengan adat istiadat.

Berkumpulnya para Punyimbang Adat Pubian Telu Suku, dengan kebesarannya masing-masing memberikan warna dan menjadikan acara ini semakin sangat bernilai dan sakral.

Sebagai Ulun Lampung, kita patut bersyukur, lanjut Pangeran Edward Syah Pernong. “Karena, Allah SWT telah menganugerahkan kebesaran Adat Istiadat yang sangat besar, dan sebuah komunitas masyarakat adat dengan peradaban yang tinggi di tanah Lampung,” jelasnya.

Kebesaran dengan peradaban tinggi, itu tidak semua dimiliki oleh setiap Suku bangsa yang ada di tanah air. Salah satunya, adalah Aksara.

Aksara yang dimiliki sebuah komunitas adat, menunjukan adanya peradaban yang tinggi. Artinya, jauh, lama, mendalam, dan mempunyai nilai kemuliaan. Begitu juga dengan bahasa, masyarakat adat dan wilayah teritorial kekuasaan adat, Itu semua dimiliki oleh Lampung yang turut mewarnai peradaban bangsa Indonesia.

Pangeran Edward Syah Pernong berharap, dengan peradaban besar itu bisa jadi perekat yang kuat, tonggak yang kokoh, Payung yang meneduhkan dalam menjaga, mempertahankan dan memuliakan NKRI.

Selaku masyarakat, dan generasi penerus, sudah seharusnya masyarakat Lampung dapat menjaga dan merawat peradaban besar sebagai bentuk kecintaan, dan menunaikan amanah atas pewarisan adat istiadat dengan kebesaran yang dimiliki.

“Mungkin kita tidak sekaya orang lain, mungkin kita tidak sepintar orang lain, mungkin kita tidak sehebat orang lain. Tapi, besik dan kedudukan kita besar, karena jelas dari zaman dulu, hingga sekarang dan insyaallah sampai akhir zaman nanti. Jika kita sudah mengetahui itu semua, dan menyadari bahwa Lampung memiliki peradaban besar ditanah air, maka harus kita jaga dan pertahankan dan memuliakan peradaban besar ini”, imbaunya.

Kehadiran Pangeran Edward Syah Pernong dari bumi Sekala Brak dan rombongan yang didampingi oleh Datuk Ahmad Akuan Abung gelar Nadikiyang Minak Pun Yang Abung, Punyimbang Adat Buay Nunyai Aneg Kotabumi Ilir.
Kanjeng Iwan Setiawan gelar Suttan Rajo Putcak Mergo, Punyimbang Adat Buay Nunyai Aneg Kotabumi Udik. Ayah Ali Hamidi gelar Minak Alamsyah, Punyimbang Adat Buay Subing Terbanggi Ilir.

Rahmat Santori gelar Suttan Rajo Mudo, Punyimbang Buay Selagai Aneg Pekurun dan Heru Kurniawan gelar Suttan Rajo Pengiran Punyimbang Adat Buay Nunyai aneg Buminabung ditengah para punyimbang adat Pubian Telu Suku dalam acara Anjau Silau dan Muwakhi Adat menegaskan, keistiqomahan dalam menjaga dan menjalankan warisan zaman yaitu, amanah adat istiadat yang akan jadi catatan sejarah bagi anak keturunan dikemudian hari.

Disela sambutan, Pangeran Edward Syah Pernong turut mengajak para Punyimbang untuk dapat menjadi lokomotif bagi masyarakat adat, dalam rangka menjaga kedamaian, persatuan dan keberagaman.

“Adat ini harus dipertahankan, karena Indonesia secara politis sudah selesai, Tetapi secara adat tetap dinamis untuk menjaga kerekatan NKRI. Modal yang paling besar adalah masyarakat adat yang ada dibawah payung NKRI, yang menjamin tetap tegaknya NKRI menjaga kerukunan, kedamaian, persatuan dan persaudaraan,” tukasnya.

Melihat peristiwa sejarah Muwakhi Adat antara Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong dengan Pubian Telu Suku di Lamteng ini, Saya jadi teringat dengan pesan Ahi Musa Ahmad dalam sebuah obrolan di kediamannya berapa tahun lalu.

Sosok yang saat ini telah menjabat sebagai Bupati Lamteng itu mengatakan, “Orang tua, saudara, sahabat, teman. Bahkan, diri kita sendiri suatu saat akan meninggalkan dunia fana ini. Hanya kenangan indah, dan cerita baik tentang hubungan kita dengan manusia lainnya yang menjadi tolak ukur kesuksesan hidup kita,” ungkapnya.

“Sebagai masyarakat Lampung, tentu kita turut berbangga hati bisa menjalin silaturahmi yang diiikat melalui kearifan lokal apalagi pada hakikatnya sesama muslim, adalah saudara kemudian secara berkesinambungan terus dirawat menunjukkan salah satu implementasi daripada nilai Habluminannas, dan tidak menjadikan perbedaan sebagai sebuah alasan untuk merajut persaudaraan yang kental,” lanjutnya.

“Dalam Islam menjadi anjuran, kita sebagai umat muslim untuk menjalin dan memperkuat ukhuwah islamiah dan didalam adat budaya Lampung mengenal sebuah tradisi Adat Muwakhi baik seakkenan maupun sewawaian,” urainya.

Sebuah warisan luhur, yang telah dilakukan nenek moyang kita secara turun temurun. Sebuah tradisi, yang menunjukkan betapa terbukanya masyarakat adat Lampung dan sebuah tradisi yang kental dengan nilai-nilai keislaman dalam memandang persaudaraan.

Seakkenan dan sewawaian, Sebuah tradisi pengangkatan saudara di Lampung menunjukkan sebuah komitmen persaudaraan.
Komitmen persaudaraan yang wajib dipupuk, dengan nilai seandanan (saling merawat), sebalakkan (saling membesarkan), setinukkan (saling memperhatikan), maupun Setulungan (Saling Support) yang betul-betul diimplementasikan dalam pola fikir, pola sikap dan pola tindak dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai kebaikan tersebut, menjadi akar Kemuwakhian yang mengajarkan nilai-nilai yang berisi egaliter (equal) (QS. 49:13), persaudaraan (brotherhood) (QS. 49:10), tolong-menolong dalam kebaikan (QS. 5:2), keadilan (equity) (QS. 5:8 dan QS. 4:135), dan lainnya.

Orang-orang yang beriman, sadar bahwa konsep persaudaraan (Brotherhood) dalam Islam itu, penting dan adalah sesuatu yang integral kepada kekuatan ummah, Ikatan persaudaraan dalam Islam haruslah diutamakan dan kedudukannya mestilah di atas ikatan-ikatan lainnya.

Semoga selalu istiqomah dalam merawat, dan mempertahankan hubungan kemuwakhian hingga anak keturunan nanti, yang akan menjadi kolekting pahala sebagai sebuah nilai dari Hablumminannas yang akan jadi catatan sejarah dalam perjalanan hidup kelak. (*)

Related Posts

Load More Posts Loading...No More Posts.