BANDAR LAMPUNG – Kegiatan Festival Krakatau ke-32 tahun 2023 pada 7-8 Juli 2023 mendatang yang dipusatkan di PKOR Wayhalim, Bandarlampung mendapat kritikan tajam dari Sekretaris Komisi II DPRD Lampung, Lesty Putri Utami. Politisi PDI Perjuangan itu menilai ajang tahunan yang akan digelar di PKOR Way Halim itu dikhawatirkan akan menghilangkan esensi dari kegiatan tersebut.
Menurutnya, seharusnya Festival Krakatau digelar di Lampung Selatan yang menjadi lokasi keberadaan Gunung Anak Krakatau (GAK). “Kami kasih kritik yang membangun, bahwa jangan sampai melupakan akar dari pada kegiatan Festival Krakatau tersebut,” kata Lesty, kemarin.
Diungkapkannya, setiap tahunnya Festival Krakatau selalu dilaksanakan di Lampung Selatan, dan fokus utamanya adalah melihat Gunung Anak Krakatau dan kegiatan-kegiatan adventure. “Jadi kalau digelar di PKOR Wayhalim, Bandarlampung, memang agak jomplang. Seharusnya tidak dipusatkan di PKOR,” ujarnya.
Lesty membeberkan, latar belakang Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung melaksanakan Festival Krakatau di PKOR Wayhalim karena rangkaian acaranya yang padat. Selain itu, juga karena Festival Krakatau dibantu oleh pihak swasta.
Lesty tidak membantah jika ada kendala anggaran dalam pelaksanaan Festival Krakatau tahun ini. Hal itu dikarenakan adanya program-program dari Dinas Pariwisata yang harus direalisasikan sampai dengan penghujung tahun 2023 nanti.
“Terkendala anggaran itu memang benar, karena mungkin banyak program yang harus cepat direalisasikan di penghujung anggaran tahun 2023,” katanya.
Ia mengatakan, kalau kegiatan-kegiatan itu tidak segera direalisasikan dikhawatirkan akan menjadi bahan pemeriksaan terutama terkait dengan laporan pertanggungjawaban anggaran dari pihak eksekutif.
Senada, Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Provinsi Lampung, Adi Susanto juga menyoroti gelaran Festival Krakatau ke-32 tahun 2023 yang dipusatkan di PKOR Wayhalim. Dikatakannya, jelang perhelatan itu belum ada pengaruhnya terhadap peningkatan kunjungan wisatawan ke Lampung.
“Jika kegiatan itu (Festival Krakatau) menjadi bagian paket wisata tentunya berpengaruh. Apalagi, Festival Krakatau tahun ini tidak ada tour Krakatau. Sementara, orang datang ke Lampung itu mau melihat Anak Gunung Krakatau. Mereka (wisatawan) mau turnya itu, mau melihat sejarah Gunung krakatau yang dulu meletus, kemudian bentuknya gunung itu kini seperti apa. Nah jika di tahun ini tur itu tidak ada bagaimana?” kata Adi.
Adi memprediksi pelaksanaan Festival Krakatau tahun ini tidak akan berpengaruh pada pemesanan paket wisata. Apalagi, tour ke GAK sudah ditiadakan. “Karena apa yang mau ditawarkan ke wisatawan luar provinsi atas perhelatan itu,” ujarnya.
Adi mengungkapkan, pada tahun 2022 lalu saja masih ada tur ke Gunung Anak Krakatau kunjungan wisatawannya belum signifikan. Apalagi tahun ini festival tersebut hanya dipusatkan di PKOR Wayhalim,” ungkapnya prihatin.
Ia melanjutkan, kemungkinan besar hanya warga lokal saja yang akan menyaksikan atau terlibat dalam perhelatan Festival Krakatau nanti. Pihaknya juga masih bingung mau menawarkan paket wisata apa ke wisatawan dalam Festival Krakatau tersebut.
Ia mengusulkan, pelaksanaan Festival Krakatau harus ada ciri khasnya yang menunjukan bahwa even itu hanya ada di Provinsi Lampung. Sehingga bisa menarik wisatawan luar provinsi dan mancanegara untuk berkunjung.
“Nah ciri khas ini jangan diganti-ganti. Kalau orang tidak bisa ikut tur melihat Gunung Anak Krakatau, lalu apa yang harus kami tawarkan ke wisatawan,” tegasnya.
Ia tidak memungkiri bahwa selama ini kegiatan tour ke Gunung Anak Krakatau sudah menjadi ikon dari Festival Krakatau. Untuk itu, ia berharap agenda tersebut jangan dihilangkan. (*)