METRO – Ratusan sivitas akademika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro mengikuti kegiatan seremonial Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) ke-77 dengan mengenakan pakaian adat Nusantrara di halaman kampus 1 IAIN Metro, Selasa, 3/1/2023.
Rektor IAIN Metro, Siti Nurjanah, mengatakan upacara bertemakan local wisdom itu digelar sebagai bentuk implementasi, integritas dan komitmen dari warga kampus keagamaan Islam itu yang merupakan bagian dari Unit Satuan Kerja (Satker) Kemenag RI.
Sedangkan pakaian adat yang dikenakan peserta upacara, disebutnya sebagai bentuk pengejawantahan program unggulan Kemenag RI, yakni “Moderasi Beragama”.
“Iya memang. Jadi, itu menggambarkan bahwa nilai sosio cultural bersinergi dengan ruh keagamaan. Saat melakukan kegiatan, tentunya kultur budaya akan terkait erat dengan semangat local wisdom adat. Oleh karenanya, upacara ini ditampilkan menggunakan pakaian adat,” tuturnya.
“Lebih jauh, adat Lampung sangat kental dan berdampingan dengan nilai keagamaan, khususnya Islam. Hal ini sesuai dengan Lampung sebagai bagian dari kultur melayu-religius,” tambahnya.
Siti juga menjelaskan bahwa siapa pun dan bagaimanapun latar belakang seseorang baik secara suku, agama, ras dan golongan apa pun, seyogianya wajib mengenal adat budaya dan kearifan lokal.
“Karena kita di Lampung, maka meski sebatas pakaian adat yang dikenalkan pun tak apa, agar semuanya bisa merasakan arti kebersamaan dalam bingkai bernegara. persatuan dan kesatuan bahwa NKRI harga mati berslogan Bhinneka Tunggal Ika, itu relevan dengan prinsip moto Sai Bumi Ruwa Jurai. Lebih jauh slogan dan moto ini ditampilkan pada prinsip hidup orang Lampung, disebut piil pesenggiri namanya,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, seorang dosen Fakultas Syariah IAN Metro sekaligus tokoh adat Lampung, Sainul, menjelaskan prinsip-prinsip dasar suku Lampung yakni piil pasenggiri mencakup lima prinsip pergaulan masyarakat adat Lampung.
“Itu bukan sekadar slogan, melainkan mencakup prinsip hidup yang sakral dalam kehidupan masyarakat Lampung di dalamnya. Pertama, prinsip sakai sambayan yang artinya masyarakat Lampung mengedepan sikap tolong menolong dan gotong royong. Kedua, nemui nyimah yang artinya saling membangun silaturahmi, saling mengunjungi saudara demi kekeluargaan itu utama. Ketiga, prinsip nengah nyappur, itu maksudnya sikap orang Lampung selalu memberikan waktu untuk dapat ambil bagian saat ada kegiatan, bentuk komitmen bagian dari masyarakat,” jelasnya.
“Kemudian ragom mufakat, artinya setiap ada masalah mengedepankan musyawarah untuk mencari solusi sekaligus kata mufakat dan terakhir prinsip bejuluk beadek yang maksudnya setiap orang Lampung diajarkan untuk berbuat kebajikan demi status yang tinggi dan mulia,” lanjutnya.
Sainul juga mengatakan momentum seremonial dengan mengenakan pakaian adat itu, dilaksanakan sesuai dengan instruksi dari Kemenag RI yang tertuang dalam Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Nomor 42 Tahun 2022 Tentang Perubahan Panduan Pelaksanaan HAB Ke-77 Kementerian Agama RI.
“Jadi, upacara dengan menggunakan pakaian adat itu ada perintah resminya. Sebagaimana ini juga memang senyawa dengan prinsip adat Lampung, khususnya nengah nyappur,” tandasnya.
Dalam kegiatan tersebut, sebanyak empat orang aparatur sipil negara (ASN) mendapatkan penghargaan Satyalancana Kemenag RI atas dedikasi dan masa pengabdiannya. Empat ASN tersebut yakni Mugi Hastuti dengan masa pengabdian 30 tahun, Azmi Siradjuddin dengan masa pengabdian 20 tahun, As’ad Muzammil dengan masa pengabdian 20 tahun, dan Sawitri Adaninggar yang juga telah mengabdi selama 20 tahun.(jj)