JAKARTA – Dalam memperingati Hari AIDS Sedunia 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan infeksi HIV AIDS masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi menyebutkan, kasus HIV di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Namun, secara prevalensi HIV di Indonesia pada sebagian besar wilayah masih 0,26%. Terdapat 2 provinsi, yakni Papua dan Papua Barat yang prevalensi HIV masih mencapai 1,8%.
“Jadi kita memang perlu memberikan perhatian yang lebih banyak untuk Papua dan Papua Barat untuk HIV,” kata Imran pada acara media dalam rangka Hari AIDS Sedunia 2022 yang bertemakan; “Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS”, secara daring, Selasa (29/11/2022).
Sebagaimana diketahui, Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Sementara Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Kendati demikian, Imran menyebutkan, dalam kurung waktu 2010-2020, Kemenkes mencatat terjadi kemajuan yang signifikan dalam penanggulangan HIV.
“Jadi infeksi baru HIV-nya itu sudah menurun cukup banyak sebagai dampak akselerasi pengendalian yang fokusnya pada intervensi pencegahan dan juga ekspansi dalam hal pemberian terapi antiretroviral,” paparnya.
Kendati demikian, lanjut Imran, jika dibandingkan dengan targetnya masih perlu upaya-upaya yang lebih kuat untuk mencapai target. Apalagi setelah terjadi pandemi Covid-19 menurunkan cakupan atau program kesehatan. Pasalnya, bukan hanya HIV tetapi hampir semua program kesehatan.
Dikatakan Imran, tujuan penanggulangan HIV adalah mengakhiri epidemi HIV pada tahun 2030, yang ditandai dengan tercapainya three zero, yaitu zero infeksi baru HIV, zero kematian terkait AIDS, dan zero stigma diskriminasi.
Imran menyebutkan, permasalahan penanganan HIV saat ini, yakni bagaimana bisa melakukan tindak lanjut terhadap orang-orang yang sudah ditemukan positif, tetapi belum masuk ke dalam pengobatan. Begitu pula orang-orang yang sudah mengalami pengobatan harus dicek juga kondisinya apakah virusnya dengan pengobatan sudah teratasi.
“Jadi dua hal ini perlu dikerjakan lebih fokus lagi yaitu terkait orang dengan HIV yang mendapatkan pengobatan dan monitoringnya,” paparnya. (*)