BANDAR LAMPUNG – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Tari Universitas Lampung (Unila) Angkatan 2022 menampilkan karya koreografi lingkungan berjudul “Live for Life” sebagai bagian dari ujian akhir semester mata kuliah Koreografi Lingkungan, pada Selasa, 10 Juni 2025 di Gang Jati, Gedong Air, Tanjung Karang Barat.
Kegiatan dibimbing dosen pengampu yakni Goesthy Ayu Mariana Devi Lestari, S.Sn., M.Sn., Nabilla Kurnia Adzan, S.Pd., M.Pd., dan Lora Gustia Ningsih, S.Sn., M.Sn.. Koreografi ini digarap oleh empat mahasiswa: Wayan Sari, Selvy Aprilia, Dera Marshanda Putri, dan Davita Hidayanti.
Karya “Live for Life” mengangkat fenomena siaran langsung (live streaming) di media sosial, khususnya TikTok, yang kini menjadi tren di berbagai kalangan masyarakat sebagai sumber penghasilan tambahan.
Karya ini menyampaikan pesan bahwa kemajuan teknologi seperti live streaming dapat dimanfaatkan secara positif untuk meningkatkan kesejahteraan, namun tetap harus memperhatikan etika, waktu, serta tidak melakukan tindakan yang melewati batas demi mengejar perhatian penonton.
Konsep karya ini terinspirasi dari kampung Sadbor, komunitas viral yang berhasil mengembangkan kegiatan live TikTok sebagai bentuk penggerak ekonomi masyarakat. Para koreografer melakukan observasi melalui media sosial serta observasi langsung di beberapa titik kota seperti Tugu Adipura, Flyover Mall Boemi Kedaton, dan Bundaran Hajimena.
Hasil observasi kemudian dikembangkan menjadi sebuah koreografi yang menggambarkan suasana khas perkampungan live Sadbor dengan unsur kekompakan, kelucuan, dan semangat tanpa mengenal waktu.
Dalam proses kreatif, para koreografer menghadirkan 25 penari yang dipilih berdasarkan karakter lucu, aktif melakukan live, serta memiliki komitmen tinggi terhadap proses. Gerak tari dikembangkan dari joget Sadbor dan gerak velocity TikTok yang menggambarkan semangat, keceriaan, dan humor.
Karakter yang ditampilkan dalam karya ini terdiri dari tokoh utama sebagai Sadbor, anggota komunitas, dan penari gift seperti mawar, donat, kupu-kupu, topi, dan singa. Koreografi dikemas dengan pola melingkar sebagai simbol koin dari gift TikTok. Musik pendukung dibuat sesuai suasana dengan elemen suara gift, suara singa, gitar, serta potongan lagu TikTok yang viral.
Pesan yang disampaikan dalam karya ini adalah bahwa mengikuti perkembangan zaman melalui siaran langsung di TikTok dapat menjadi sarana untuk menambah penghasilan, berbagi cerita, serta memperoleh pengalaman baru. Namun, keseruan dalam melakukan live dapat menimbulkan kecanduan hingga membuat pengguna lupa waktu, seperti waktu ibadah, makan, dan istirahat.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan siaran langsung dengan aktivitas yang wajar dan menarik, tanpa membahayakan diri sendiri. Penggunaan media sosial pun harus dilakukan secara bijak dan penuh tanggung jawab. [Magang_Alifa/Shalu]