BANDAR LAMPUNG – Dengan semangat berbagi budaya, Diah Peni Pangesty, mahasiswi Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, mengenalkan cetik, alat musik tradisional Lampung, kepada mahasiswa asing penerima Beasiswa Darmasiswa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI pada Senin (10/2) di IIB Darmajaya.
Empat mahasiswa asal Madagaskar dan Zimbabwe berpartisipasi dalam kegiatan ini, yaitu Rakotosoa Raoelinalahatra Leoncia, Ramizaharisoanirina Olivah Kelvine, dan Rakotonindrina Haingotiana Tsilavina dari Madagaskar, serta Lenward Mapinde dari Zimbabwe. Selama 10 bulan mengikuti program pembelajaran bahasa Indonesia dan budaya di IIB Darmajaya, mereka tampak antusias belajar tentang cetik, alat musik tradisional berbahan bambu ini. Selain menjadi bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA), kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan kebudayaan Lampung.
Sebagai anggota aktif Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Komunitas Biroe (Kombir) IIB Darmajaya, Diah mengenalkan cetik, yang juga dikenal sebagai gamolan pekhing. Berbeda dengan gamelan yang terbuat dari logam, cetik menghasilkan suara khas dari bilah-bilah bambu yang dipukul. Pada pertemuan kedua dari rangkaian 13 kali latihan mingguan ini, Diah mengajarkan teknik dasar memukul serta cara memahami pola irama sederhana.
Meskipun ada tantangan dalam komunikasi, semangat belajar para mahasiswa asing sangat tinggi. Dengan bantuan gestur serta sedikit campuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, Diah berhasil menyampaikan materi dengan jelas. Keempat mahasiswa asing tampak antusias, mencoba memainkan cetik dengan keingintahuan yang besar.
Lenward Mapinde dari Zimbabwe menyatakan kekagumannya. “Ini pertama kalinya saya memainkan alat musik dari bambu. Suaranya unik dan sangat menarik,” ujarnya seperti dikutip dari Darmajaya.ac.id.
Rakotonindrina Haingotiana Tsilavina dari Madagaskar juga merasakan pengalaman yang berharga. “Saya sangat senang belajar budaya baru. Cetik memiliki suara yang lembut dan menenangkan,” tuturnya.
Bagi Diah, pengalaman ini bukan hanya sekadar berbagi keterampilan, tetapi juga merupakan upaya mengenalkan budaya Lampung ke dunia. “Melihat mereka antusias membuat saya bangga. Ini pengalaman luar biasa karena saya bisa mengenalkan seni tradisional kita kepada teman-teman dari berbagai negara,” ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata pelestarian budaya yang dilakukan oleh mahasiswa IIB Darmajaya. Lebih dari sekadar mengenalkan alat musik, program ini juga mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan negara lain melalui seni dan musik. (*)