PRINGSEWU – Program Cocoa Life fase IV (2023-2025) dilaunching oleh Pj.Bupati Pringsewu Adi Erlansyah, diwakili Sekretaris Daerah Drs.Heri Iswahyudi, M.Ag. di Hotel Urban Pringsewu, Selasa (22/08/2023).
Acara launching dihadiri perwakilan Mondelēz International Zulqarnain, program manager Cocoa Life Wilayah Sulawesi Imran Fakhroni, program manager Cocoa Life Wilayah Sumatera Freyman Kimbal, perwakilan Save The Children Indonesia Tasman Silverius, perwakilan Olam Food Ingredient Imam Suharto, perwakilan Bary Callebaout Maria Benedicta dan perwakilan Yayasan Rumah Energi Gustina serta sejumlah perangkat daerah terkait Pemerintah Provinsi Lampung, Kabupaten Pringsewu, Pesawaran dan Tanggamus, serta secara daring perangkat daerah terkait Pemprov Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan, Kabupaten Limapuluh Kota dan Kabupaten Soppeng.
Membacakan sambutan tertulis Pj.Bupati Pringsewu Adi Erlansyah, Sekda Pringsewu Drs.Heri Iswahyudi, M.Ag.berharap melalui program ini dapat diambil manfaat yang sebesar-besarnya bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup para petani kakao di Kabupaten Pringsewu yang secara jangka panjang akan berperan penting dalam menciptakan kesejahteraan dan perlindungan berkesinambungan bagi anak-anak di Indonesia khususnya pada para peserta di akhir fase III yang mencakup 30 desa di Kabupaten Pringsewu dan 115 desa lainnya yang tersebar di Kabupaten Limapuluh Kota, Soppeng, Pesawaran dan Tanggamus.
Lebih lanjut disampaikan Pj.Bupati Pringsewu melalui Sekda, dalam rangka mendukung program Cocoa Life di Kabupaten Pringsewu, Dinas P3AP2KB telah membentuk kelompok Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat (PATBM) yang memungkinkan anggota masyarakat untuk untuk terus membangun kapasitas terkait isu perlindungan anak dan masalah pekerja anak, dimana saat ini telah terbentuk 18 PATBM di Kabupaten Pringsewu, dari total 65 PATBM yang ada di Kabupaten Limapuluh Kota, Soppeng, Pringsewu, Pesawaran dan Tanggamus.
“Program PATBM ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan peran dan fungsinya untuk melaksanakan pencegahan dan respon cepat terhadap permasalahan hak anak di desa dengan memberikan penguatan kapasitas dan pelatihan Hak Anak, Perlindungan Anak, Manajemen Kasus dan Sistem Rujukan dan Monitoring Pekerja Anak. Alhamdulillah, program ini telah secara aktif mendorong keterlibatan 40 persen perempuan dari 81 pekon atau desa untuk berpartisipasi aktif dalam proses usulan Musrenbang tingkat Desa,” ujarnya.
Pihaknya berharap kedepan program ini akan berjalan dengan baik dan tentunya akan terus dilaksanakan secara kontinyu sehingga tujuan mulia program ini akan terwujud dan semakin banyak lagi petani kakao di seluruh Indonesia akan terbantu. Menurutnya, kolaborasi yang baik antarpemangku kepentingan adalah salah satu kunci suksesnya program tersebut.
Sementara itu, program manager Save The Children Indonesia Tasman Silverius mengatakan kolaborasi Save the Children dengan Mondelēz International yang telah berlangsung sejak April 2015 telah mengimplementasikan tiga fase program Cocoa Life. “Program ini secara sederhana merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mewujudkan pertanian kakao yang berkelanjutan dan masyarakat yang berdaya dengan fokus khusus pada penanganan pekerja anak di sektor kakao dengan menggunakan Sistem Pemantauan dan Remediasi Pekerja Anak atau CLMRS,” katanya.
Di Indonesia, lanjut Tasman, pendampingan terhadap petani kakao dan keluarganya dilaksanakan di Provinsi Lampung, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat. Pada fokus pertanian kakao sebagai bisnis yang berkelanjutan, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menjadikan pertanian kakao yang mampu melaksanakan pengelolaan yang baik untuk meningkatkan produktifitas sehingga dapat meningkatkan penghasilan dan sebagai sumber pendapatan utama. (*)