JAKARTA – SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi) telah mengumumkan bahwa potensi harta karun minyak dan gas bumi (migas) di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) masih sangat tinggi. Hal ini diyakini akan menjadi kontribusi penting dalam memperkuat ketahanan energi nasional.
Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Nurwahidi, menjelaskan bahwa saat ini terdapat 12 proyek migas di wilayah Jabanusa yang berfokus pada kegiatan offshore dan 8 proyek onshore, dengan perkiraan investasi mencapai USD338,35 juta untuk proyek EPC (Engineering, Procurement, and Construction).
Hingga bulan September 2023, rata-rata realisasi produksi minyak dan kondensat di Jabanusa mencapai 194.803 BOPD (Barel Minyak Per Hari) atau sekitar 107,2% dari target WP&B 2023. Produksi gas juga mencapai 552,48 MMSCFD (juta standar kaki kubik per hari).
Nurwahidi menjelaskan, “Dilihat dari hasil produksi saat ini di Jabanusa, produksi minyak telah melebihi target yang ditetapkan. Sedangkan produksi gas juga mencapai target, bahkan melebihi potensi yang ada. Namun, terdapat beberapa ketidaksesuaian dalam penyerapan gas yang masih di bawah potensi.”
Terkait penggunaan dan distribusi migas yang dihasilkan di Jabanusa, Nurwahidi menyebutkan bahwa minyak dapat tersalurkan sepenuhnya. Namun, dalam hal gas, sebagian besar, sekitar 44%, digunakan untuk industri, sementara 24% digunakan untuk sektor pupuk, dan 31% untuk sektor kelistrikan. Pemanfaatan City Gas hanya mampu menyerap 0,5% dari total produksi, sedangkan 0,4% digunakan untuk menghasilkan LPG.
Nurwahidi menambahkan, “Potensi pemanfaatan gas di Jawa Timur dan Jawa Tengah cukup besar pada tahun 2023, tetapi masih ada sisa yang belum tersalurkan ke konsumen. Oleh karena itu, perlu diupayakan untuk mengoptimalkan komersialisasi guna meningkatkan penyerapan gas secara maksimal.”
Nyimas Fauziah Rikani, Kepala Departemen Komunikasi SKK Migas, menyatakan optimisme bahwa target produksi migas dapat tercapai dengan kerja sama yang erat antara pemangku kepentingan. Terlebih lagi, pemerintah baru-baru ini mengumumkan penemuan cadangan gas besar di wilayah kerja blok Migas North Ganal di Kalimantan Timur, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan migas nasional.
Untuk mengoptimalkan potensi cadangan migas nasional, SKK Migas berkomitmen untuk memperbaiki iklim investasi di sektor hulu migas. Melalui program Indonesian Oil and Gas (IOG) 4.0, SKK Migas telah merancang rencana strategis demi mencapai target produksi migas nasional pada tahun 2023.
“Perlu diingat bahwa eksplorasi migas sangat dipengaruhi oleh iklim investasi. Kami masih menghadapi kendala seperti masalah keselamatan pengeboran, ketersediaan rig yang belum mencukupi, dan kurangnya tenaga kerja yang kompeten di sektor hulu migas,” tambahnya.
Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan target produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, semua pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), diharapkan untuk memperkuat komunikasi dan kerjasamanya. (fs)