Oleh : Junaidi Jamsari
PUASA Ramadhan sebagai momentum yang sangat istimewa untuk kita bermuhasabah atas segala peristiwa dan berbagai cobaan yang menimpa. Karenanya, pada bulan yang bertabur berkah ini bagi warga muslim diharapkan dapat membersihkan batinnya dari segala aspek kehidupan yang menyimpang, seperti berbohong, dzalim, korupsi, dan berbagai bentuk tindakan yang menyimpang lainnya.
Ini tujuannya mencapai makrifat hidup yang lebih bermakna. Yakni suatu kehidupan yang sesuai dengan tuntutan risalah agama. Imam An-Nawawi, dalam kitabnya, Al-adkar, menjelaskan, bahwa pada bulan Ramadhan pahala ibadah manusia akan dilipatgandakan sesuai jerih payah dan spiritualitas yang mereka jalani.
Puasa adalah tameng yang dijadikan tempat perlindungan seorang hamba dari neraka. Puasa itu untuk-Ku. Aku sendiri yang memberinya pahala. (HR. Ahmad).
Hal ini menegaskan bahwa puasa adalah benteng pertahanan yang kuat bagi seorang muslim dari buruknya pengaruh syahwat. Puasa bagi seorang muslim hakikatnya telah membentengi dirinya dari berbagai perbuatan keji dan munkar. Nabi Muhammad SAW bersabda: Puasa itu adalah perisai selama ia (manusia) tidak melubanginya. (HR.Ahmad)
Karenanya, patut disyukuri kita dipanjangkan usia, dianugerahi hidup sehat bertemu kembali shaum dan insya Allah dapat merayakan Idul fitri 1446 H/2025 M.
Seperti sekejap tak terasa begitu cepatnya perjalanan umur kita lewat. Waktu dan kesempatan terus memotong kita, mengingatkan kita untuk tidak berlama-lama tinggal di dunia. Allah SWT telah mengingatkan hal itu dalam Alqur’an suratAl-‘Ashr (1-3).
Pepatah Arab mengatakan; Al waktu ka al-saef, waktu itu seperti pedang yang memotong-motong umur manusia. Maka sudah sepatutnya untuk kita refleksikan dan renungkan kembali dengan tujuan agar kita dapat menyadari dan segera bertindak sesuai dengan isyarat hati nurani.
Puasa di bulan Ramadhan adalah jalan yang akan membimbing kita menuju kesempurnaan spiritualitas bila kita lakukan dengan keseriusan.
Puasa Ramadhan menjadi penyejuk spiritualitas kehidupan manusia menuju derajat hidup yang lebih tinggi. Setidaknya, melalui puasa Ramadhan ini kita yang telah lama berlumuran lumpur kehidupan yang serba duniawi. Ramadhan sumber kesejukan, didalamnya terdapat sebuah kenikmatan dan karunia Tuhan yang dapat kita reguk bersama dalam mengobati rasa dahaga hidup yang telah kita jalani. Imam Ghazali, dalam kitabnya.
Minhajul Abidin, menjelaskan bahwa puasa Ramadhan merupakan jihad yang sebenamya untuk melawan hawa nafsu dari tindakan yang dapat merugikan diri kita maupun bagi kehidupan orang lain. Puasa mendidik kita untuk menghindarkan diri dari nafsu yang tidak pernah merasa kenyang.
Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al-Jawi (Muhammad Nawawi Al-Bantani) dalam buku Nashaihul Ibad menuliskan, Rasulullah bersabda yang artinya ada delapan hal yang tidak pernah kenyang, yaitu:
1. mata tidak akan pernah kenyang dari memandang;
2. bumi tidak akan pernah kenyang dari menerima hujan;
3. wanita tidak akan pernah kenyang dari laki-laki;
4. ulama tidak akan pernah kenyang dari menuntut ilmu;
5. pengemis tidak akan pernah kenyang dari meminta-minta;
6. orang serakah tidak akan pernah kenyang dari mengumpulkan harta benda;
7. lautan tidak akan perah kenyang dari menampung air; dan
8. api tidak akan pernah kenyang dari memakan kayu bakar.”
Semoga pada bulan yang bertabur berkah ini bisa membersihkan batin kita dari segala aspek kehidupan yang menyimpang.
*Penulis: Wakil Ketua Tanfidziyah PW NU Lampung.