TANGGAMUS – Ratusan siswa-siswi SMAN 1 Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, bersama dewan guru, staf tata usaha dan komite setempat menggelar budaya Nyambai Massal. Kegiatan selebrasi tersebut dilaksanakan dalam upaya melestarikan adat budaya Lampung Saibatin, dan menanamkan kecintaan pelajar akan adat budaya Lampung.
Perhelatan dimulai dengan tari nyambai massal yang diikuti 350 siswa siswi, 150 dewan guru dan staf tata usaha, dan komite SMAN 1 Kota Agung, di lapangan upacara sekolah setempat. Tarian yang dilakukan secara berpasangan tersebut merupakan ajang pertemuan atau ajang silaturahmi dalam mencari jodoh dan dilakukan bersamaan dalam upacara perkawinan (nayuh). Tarian juga diiringi musik tradisional berupa tabuhan kulintang, rebana, dan nyanyian atau ngadido, serta menggunakan selendang kuning untuk mekhanai dan selendang merah untuk muli.
Acara kemudian dilanjutkan dengan nyambai yang digelar di aula SMAN 1 Kotaagung yang diibaratkan sebagai lamban gedung (rumah ketua adat). Kegiatan nyambai tersebut diawali dengan sambutan kepala mekhanai (ketua bujang), dilanjutkan penampilan tari, dan pattun/segata (pantun bersambut). Sembari muli mekhanai terus berpantun, panitia lainnya mulai membagikan kertas sebagai alat saling sapa antara muli mekhanai yang hadir sebagai sarana berkenalan dan keinginan lebih dekat. Biasanya surat diawali tulisan dari para mekhanai.
Kepala SMAN 1 Kota Agung, Ratna Uli diwakili Waka Humas, Wilma berharap dengan kegiatan bertema kearifan lokal adat nyambai, para siswa siswi SMAN 1 Kota Agung dapat menjaga tradisi, adat dan budaya Lampung Saibatin yang mulai tergerus oleh modernisasi. Karena dalam adat nyambai ini terkandung filosofis dan nilai-nilai Islami, yaitu menjaga silaturahmi.
“Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam adat nyambai adalah religius, kreatif, toleransi, gotong royong, cinta damai, komunikatif, peduli sosial, dan tanggung jawab,” jelas Wilma.
Pemuka adat Lampung Kabupaten Tanggamus, Nazori, yang menghadiri nyambai massal mengaku terharu dan bangga atas perhelatan adat ini. Karena menurutnya ini merupakan langkah mengenalkan adat budaya Lampung Saibatin khususnya nyambai yang sudah mulai ditinggalkan, berganti dengan musik modern.
“Mudah-mudahan akan muncul sekolah-sekolah lain seperti SMAN 1 Kota Agung ini yang ikut mengenalkan dan melestarikan adat dan budaya Lampung. Adat dan budaya harus kita lestarikan, kita ajak generasi muda untuk tidak kehilangan akar budaya dan identitasnya di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat,” tutur Nazori.
Nazori menilai, nyambai merupakan proses kreatif yang terus-menerus dan menghasilkan harmoni atau keindahan antara bunyi dan gerak tubuh. Artinya seni budaya termasuk nyambai juga bertumpu pada keindahan yang memiliki aspek wiraga, wirasa, dan wirama. (ri)