BENGKULU – Bengkulu salah satu provinsi di Kepulauan Sumatera bagian selatan dengan letak koordinat 5°40’ – 2° 0’ LS 40’ – 104° 0’ BT dengan luas area sebesar 19.788.70 km2 (7,640,46).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Bengkulu berada di nomor 2 sebagai provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Sumatera, pada September 2022.
Namun, pernahkah kamu terpikir, bahwa pada masa kolonial dan invansi besar-besaran bangsa Eropa, Bengkulu menjadi daerah yang diperhitungkan dengan kekayaan alam melimpah.
Masa perkembangan sistem pemerintahan berupa kerajaan di Indonesia, Bengkulu menjalin hubungan dengan berbagai kerajaan besar di Banten.
Hubungan kerja sama ini Bengkulu dan Banten berlangsung pada abad ke-16 dengan Kerajaan Pajajaran. Hubungan yang terjadi yaitu perdagangan lada.
Bengkulu merupakan daerah penghasil lada terbaik, sehingga Pajajaran tertarik dengan lada dari Silebar, Bintuhan, Manna dan dari Krui.
Berkembangnya perdagangan lada Bengkulu terjadi setelah Portugis berhasil menduduki Malaka pada tahun 1511 dan merebut kerajaan Pasai.
Dengan berkembangnya aktivitas perdagangan lada di Bengkulu, maka di sebagian daerah dibangun pelabuhan seperti di Mukomuko, Silebar, Seluma, Manna, Bintuhan dan Krui (Pelabuhan ini nantinya menjadi jalur masuknya kolonial Belanda dan Inggris).
Dilansir dalam buku “Sejarah Bengkulu” yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah yang diterbitkan tahun 1977/1978 pada tambo (catatan peristiwa masyarakat dulu, red) dan sejarah ada beberapa kerajaan pernah berdiri di Provinsi Bengkulu yakni:
1. Kerajaan Manjuto di Mukomuko.
2. Kerajaan Pinang Berlapis di Ketahun.
3. Kerajaan Serdang di Lais.
4. Kerajaan Sungai Lemau di Pondok Kelapa.
5. Kerajaan Sungai Serut di Bengkulu.
6. Kerajaan Selebar di Selebar, Kota Bengkulu.
7. Kerajaan Empat Petulai di Rejang Lebong.
8. Kerajaan Serawai di Manna dan Bintuhan, Bengkulu Selatan.
Dalam perkembangan berdirinya kerajaan di Bengkulu, wilayah yang dipilih kebanyakan berada di daerah pinggir sungai atau muara.
Dalam perkembangan kekuasaan kerajaan-kerajaan besar di Indonesia seperti Majapahit, Sriwijaya, Aceh, Melayu, Pagar Ruyung, Banten dan Palembang.
Sebagian besar kerajaan Bengkulu patuh dan berada di bawah kekuasaan besar tersebut.
Untuk sistem kepemimpinan pemerintahan, aparatur pemerintah dikendalikan oleh beberapa golongan raja dengan gelar yang bermacam-macam.
Seperti raja, ajai, ratu, sultan dan khalifah dengan dibantu penasehat dengan sebutan penghulu dan penghulu muda.
Di lingkungan keluarga kerajaan pemerintah diatur oleh Datuk, Patih, Pemangku, Depati, Penggawa, Pemangku Muda dan Ginde.
Sedangkan untuk wakil Kesultanan Banten yang berada dalam kursi jabatan di Bengkulu disebut dengan Jenang.
Kepemimpinan raja yang paling tersohor di sejarah Bengkulu yang menjadi identik di mata masyarakatnya yaitu kepemimpinan Ratu Agung Raja Sungai Serut.
Ratu Agung memiliki tujuh anak yang terdiri dari Ratu Cili, Ratu Mincor, Lemang Batu, Rindang Papan, Tajuk Rompong, Anak Dalam Muara Bangkahulu dan Putri Gading Cempaka.
Pada masa keturunan Ratu Agung ini pula terjadi perang besar-besaran dengan kerajaan Aceh.
Ekspansi teritorial kerajaan Aceh ke daerah Pesisir Sumatera dimulai sejak pemerintahan Sultan Alaudin Riyatsyah al Bahhar pada tahun1539 – 1571 dan mencapai puncaknya di zaman Sultan Iskandar Muda dengan melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Bengkulu.
Pada saat itu, daerah-daerah pesisir Barat Sumatera hingga Bengkulu merusak daerah penghasil hasil alam yang berguna dan memiliki nilai jual tinggi seperti emas, lada, kapur barus, benzein (kemenyan), cengkeh, buah dan kulit pala, kulit kayu manis dan masih banyak lagi.
Hingga masa kolonial di Bengkulu rempah-rempah menjadi tujuan utama bangsa Barat dan lainnya datang ke Bengkulu.
Di tahun 1685, Inggris datang ke Bengkulu dipimpin oleh Kapten J. Andiew yang datang menggunakan 3 kapal yang bernama The Caesar, The Resolution dan The Defence.
Saat diduduki oleh Inggris, Bengkulu dijajah lebih kurang selama 139 tahun dari 1685 hingga 1824.
Saat berada di Bengkulu, ratusan prajurit kolonial Inggris meninggal karena kolera, malaria dan disentri. Bagi Inggris, perjalanan ke Bengkulu sangat susah dengan waktu tempuh pelayaran dari Inggris ke Bengkulu perlu waktu 8 bulan.
Pada tahun 1714 – 1719, Inggris mendirikan Benteng Marlborough di bawah pimpinan wakil Gubernur England Mdische Company (EIC) yakni Josep Collet.
Namun, akibat adanya kesombongan dan keangkuhan Josep Collet, saat benteng selesai dibangun pada 1719, rakyat Bengkulu di bawah pimpinan Pangeran Jenggalu menyerang pasukan Inggris di Ujung Karang dan Benteng Marlborough.
Benteng Marlborough berhasil dikuasai dan Inggris dipaksa meninggalkan Bengkulu. Peristiwa heroik itu sampai sekarang diperingati sebagai Hari Jadi Kota Bengkulu.
Selain Inggris, Belanda pernah menduduki Bengkulu pada 1824-1942. Pada 1942, Belanda kalah melawan Jepang. Lalu, Jepang berada di Bengkulu kurang lebih 3 tahun. (rb)